
Kondisi Terbaik Untuk Budidaya Temulawak
Secara alami, tanaman temulawak bisa tumbuh dengan baik di lahan teduh dan terlindung dari paparan sinar matahari langsung. Habitat alami tanaman ini dahulu di bawah naungan pohon bambu juga pohon jati. Meski demikian, saat ini dengan mudah kita sudah bisa mendapatkan temulawak yang tumbuh baik di tempat dengan paparan matahari sedang misalnya di tanah tegalan. Memang pada prinsipnya, temulawak memiliki daya adaptasi tinggi terhadap berbagai cuaca di wilayah beriklim tropis. Suhu udara terbaik untuk budidaya tanaman ini antara 19 sampai 30°C. Sementara itu, curah hujan terbaik antara 1000 sampai 4000 mm per tahunnya.
Pada dasarnya, temulawak menyukai tanah gembur. Tetapi, tumbuhan ini juga bisa berdapatasi dengan berbagai jenis tanah seperti tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air.
Pemilihan Bibit
Langkah budidaya temulawak selanjutnya adalah proses pembibitan. Tanaman ini diperbanyak dengan cara vegetatif yakni dengan menggunakan rimpang induk (rimpang utama) atau rimpang anakan (rimpang cabang). Bakal bibit harus sehat dan memiliki umur pas yakni 10 sampai 12 bulan. Baik itu bibit rimpang induk dan rimpang cabang, harus diolah terlebih dahulu. Berikut penanganannya:
- Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian yang mengandung 2-3 mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-turut. Setelah itu rimpang dapat langsung ditanam.
- Simpan rimpang anak yang baru diambil di tempat lembab dan gelap selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru. Penyiapan bibit dapat pula dilakukan dengan menimbun rimpang di dalam tanah pada tempat teduh, meyiraminya dengan air bersih setiap pagi/sore hari sampai keluar tunas. Rimpang yang telah bertunas segera dipotong-potong menjadi potongan yang memiliki 2-3 mata tunas yang siap ditanam.
Bibit yang berasal dari rimpang induk lebih baik daripada rimpang anakan. Sebaiknya bibit disiapkan sesaat sebelum tanam agar mutu bibit tidak berkurang akibat penyimpanan.
Proses Penanaman
Penanaman dilakukan secara monokultur dan jauh lebih baik dilakukan di awal musim penghujan kecuali dia daerah yang memiliki pengairan sepanjang waktu. Masa awal pertumbuhan adalah saat dimana tanaman memerlukan banyak air. Lubang tanam dibuat di atas petakan berukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman sekitar 50 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm. Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm. Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk masa panen musim kemarau mendatang.
Pemeliharaan Tanaman
Dalam budidaya temulawak, langkah pemeliharaan melingkupi penyulaman, penyiangan, pembubunan, pemupukan, pengairan/penyiramaan, penyemprotan pestisida, pemulsaan, serta pengendalian hama, gulma juga penyakit.
- Penyulaman. Merupakan proses dimana tanaman yang rusak atau mati diganti oleh bibit yang sehat yang merupakan bibit cadangan.
- Penyiangan. Langkah ini dilakukan dengan membenahi rumput luar dan dilakukan setiap pagi atau sore hari. Tujuan penyiangan adalah untul menghindari persaingan makanan dan air antara rumput dan temulawak.
- Pembubunan. Langkah ini dilakukan pada pertanaman rimpang-rimpangan untuk memberikan media tumbuh rimpang yang cukup baik. Caranya dengan menimbun kembali area peeakaran dengan tanah yang jatuh terbawa air.
- Pemupukan. Pada dasarnya bisa dilakukan dengan cara organic maupun kimiawi.
- Pengairan dan Penyiraman. Dilakukan secara rutin di pagi atau sore hari pada saat tanaman masih berada dalam fase awal pertumbuhan.
- Penyemprotan pestisida. Langkah ini dilakukan hanya pada saat hama penyakit terlihat menyerang.
- Pemulsaan. Langkah ini adalah dengan menyusun jerami di tanah untuk menghindari kekeringan dan mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang tanaman.
- Pembasmian hama, gulma juga penyakit. Langkah ini dilakukan secara intensif (seperti penyemprotan pestisida) pada saat ancaman telah terlihat. Adapun hama yang sering menyerang temulawak adalah ulat jengkal, ulat tanah dan lalat rimpang. Sementara itu Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya. Sementara itu penyakit yang sering menyerang temulawak adalah jamur fusarium dan penyakit layu. Langkah pembasmian ketiga hambatan ini dengan menyemprotkan obatan khusus dengan konstrasi pada wilayah yang terancam.